Suku Baduy – Berbicara perihal Budaya Indonesia memang tidak ada habisnya. Kebudayaan Indonesia memang beragam, hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai lebih dari seribu suku bangsa. Suku-suku tersebut tersebar dari Sabang sampai Marauke.
Salah satu suku yang populer yaitu Suku Baduy Dalam yang terletak di kawasan Banten, tepatnya Kabupaten Lebak Banten. Nama Baduy Dalam berawal dari sebutan yang diberikan oleh para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan masyarakat yang hidup secara nomaden tersebut dengan kelompok masyarakat Arab “Badawi”.
Kemungkinan lain yaitu sebab di wilayah cuilan utara suku ini terdapat sungai yang disebut sungai Baduy Dalam. Sementara mereka sendiri lebih suku menyebut diri sebagai “orang kenekeas” sesuai dengan nama wilayah mereka. Terdapat dua versi yang berbeda mengenai asal permintaan suku baduy.
Menurut dogma yang mereka anut, orang kenekeas yaitu keturunan Batara Cikal yang merupakan salah satu ilahi atau batara yang turun ke bumi. Asal permintaan tersebut juga sering dikait-kaitkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama manusia.

Daftar Isi
- Keunikan Budaya Suku Baduy
- 1. Pu’un
- 2. Budaya Gotong Royong
- 3. Kekayaan Tidak Dilihat Dari Bentuk Rumah
- 4. Peralatan Mandi dari Alam
- 5. Masih Berlakunya Perjodohan
- 6. Larangan Berkunjung Selama 3 Bulan
- 7. Walaupun Banyak, Ayam Merupakan Makanan yang Mewah
- 8. Warna Pakaian Membedakan Baduy Luar Dan Baduy Dalam
- 9. Budaya Berjalan Kaki
- 10. Perabotan Sederhana
Keunikan Budaya Suku Baduy
Hingga dikala ini orang Baduy masih sangat menjaga kearifan lokalnya. Hal ini kemudian menjadi daya tari perkampungan suku Baduy sebagai wisata budaya. Tidak heran kalau banyak wisatawan yang berkunjung ke perkampungan suku Baduy. Nah, sebelum anda berkunjung ke perkampungan suku Baduy, Berikut 7 fakta unik suku Baduy yang wajib anda ketahui:
1. Pu’un
Setiap kelompok mempunyai pimpinan atau tokoh yang menjadi panutan dalam mengambil petunjuk dan keputusan terhadap permasalahan sosial di masyarakat tersebut. Begitu juga dengan masyarakat Baduy Dalam, tokoh masyarakat di suku Baduy Dalam disebut dengan Pu’un.
Pu’un dalam masyarakat Baduy berfungsi sebagai pemimpin di masyarakat tersebut, sosok Pu’un sangat dihormati oleh Suku Dalam. Puún dianggap layaknya seorang president oleh masyarakat Suku Baduy Dalam .Pu’un yang bertugas menentukan masa tanam dan masa panen, ia juga yang menerapkan aturan etika dalam masyarakat Baduy, ia juga yang mengobati penduduk yang sakit.
2. Budaya Gotong Royong
Gotong royong memang merupakan budaya Indonesia. Hampir seluruh kawasan di Indonesia mempunyai budaya gotong royong. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, budaya bersama-sama ini sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia.
Berbeda dengan kebanyakan masyarakat di kawasan lain di Indonesia yang sudah banyak meninggalkan budaya bersama-sama , masyarakat badui masih memegang teguh semangat bergotong royong.Mereka biasanya bergotong royong dikala berpindah lahan pertanian ke tempat yang lebih subur.
3. Kekayaan Tidak Dilihat Dari Bentuk Rumah
Berbeda dengan masyarakat modern yang hidup di perkotaan yang umumnya kekayaan ditunjukkan dengan rumah yang besar dan mewah. Suku baduy Baduy Dalam Dalam yang kaya tidak akan mempunyai rumah yang besar dan mewah, sebab seluruh penduduk di perkampungan Baduy Dalam mempunyai besar dan bentuk rumah yang sama. Kekayaan orang Baduy Dalam justru dilihat dari kepemilikan benda lain, menyerupai tembikar.
Yang membedakan masyarakat yang kaya di Suku Baduy Dalam yaitu kepemilikan tembikar yang terbuat dari kuningan. Bagi orang Baduy Dalam yang kaya sanggup mempunyai beberapa tembikar.Semakin banyak jumlah tembikar Suku Baduy Dalam, semakin tinggi derajat orang tersebut.
4. Peralatan Mandi dari Alam
Jika anda berkunjung ke perkampungan suku Baduy Dalam, jangan harap anda akan menemukan ada masyarakat yang menggunakan sabun, shampo atau pasta gigi dikala mandi. Masyarakat lebih menentukan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam untuk membersihkan diri mereka.
Orang Baduy Dalam menggunakan kerikil yang kemudian di gosok-gosokan ke badan mereka sebagai pengganti sabun mandi yang berbahan kimia. Sementara, untuk membersihkan gigi, mereka menggunakan serabut kelapa. Suku Baduy Dalam memang sangat menghargai alam mereka, mereka tidak ingin menggunakan peralatan yang mengandung materi kimia dan sampah plastik.
5. Masih Berlakunya Perjodohan
Perjodohan memang sudah tidak lazim bagi masyarakat modern. Dalam kehidupan masyarakat modern, urusan jodoh memang diserahkan sepenuhnya kepada sang anak, orang bau tanah hanya memberi restu. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Suku baduy Baduy Dalam Dalam.
Seorang gadis yang berusia 14 tahun akan dijodohkan dengan pria yang berasal dari suku Baduy Dalam .Selama proses perjodohan orang bau tanah pria bebas menentukan perempuan yang ingin dijodohkan dengan anaknya. Namun, kalau belum ada yang cocok, pria maupun perempuan harus rela mendapatkan pilihan orang tuanya atau pilihan Pu’un.

6. Larangan Berkunjung Selama 3 Bulan
Suku Baduy Dalam memang bukan penganut agama islam, namun mereka miliki tradisi berpuasa yang dilakukan selama 3 bulan berturut-turut.Kegiatan berpuasa ini oleh Suku Baduy disebut “Kawulu”. Saat mereka melaksanakan tradisi Kawulu, penduduk luar tidak boleh berkunjung ke Baduy Dalam .Jika ingin berkunjung ke sana, hanya di perbolehkan berkunjung ke perkampungan Baduy Luar tetapi tidak boleh menginap.
Orang Baduy menganggap bahwa Kawulu yaitu kegiatan sakral dan tidak boleh diganggu oleh masyarakat luar.Selama masa Kawulu mereka memanjatkan doa kepada nenek moyang biar selalu diberi keselamatan dan diberi panen yang berlimpah.
7. Walaupun Banyak, Ayam Merupakan Makanan yang Mewah
Bagi masyarakat modern, ayam sudah menjadi konsumsi sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan protein.Namun, hal ini tidak berlaku bagi masyarakat suku Baduy dalam.
Masyarakat disana memang gemar memelihara ayam, kalau anda berkunjung ke perkampungan mereka akan banyak menemui ayama yang berkeliaran disana. Walaupun begitu, mereka hanya akan menyembelih ayam peliharaan mereka pada hari-hari tertentu saja, contohnya dikala upacara etika atau hari pernikahan.
8. Warna Pakaian Membedakan Baduy Luar Dan Baduy Dalam
Suku Baduy tidak menggunakan pakaian bermotif menyerupai masyarakat modern.Bagi anda yang kebingungan membedakan orang suku Baduy Luar dan Baduy Dalam, anda sanggup membedakannya menurut warna pakaiannya. Orang Baduy Luar menggunakan pakaian hitam polos sementara orang Baduy Dalam menggunakan pakaian putih polos dan ikat kepala putih.
9. Budaya Berjalan Kaki
Tidak menyerupai orang jepang, orang Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang malas berjalan kaki. Hal inilah yang kemudian menyebabkan penumpukan kendaraan di perkotaan. Hal tersebut tidak berlaku bagi suku Baduy.
Orang Baduy gemar berjalan kaki dikala bepergian kemana saja. Mereka kan tetap berjalan kaki dikala mengunjungi keluarga mereka di kota atau sekedar ke kota untuk menjual hasil panen. Tidak heran kalau kondisi alam disasan masih sangat terjaga dan orang-orang Baduy juga sehat-sehat.
10. Perabotan Sederhana
Tidak hanya menolak peralatan elektronik, masyarakat suku Baduy juga menolak menggunakan perabotan rumah tangga menyerupai piring atau cangkir yang terbuat dari logam atau kaca. Mereka lebih menentukan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di alam, contohnya gelas mereka yang dibentuk dari potongan pohon bambu.
Suku Baduy mempunyai cara mereka sendiri untuk menikmati hidup. Mereka hidup bersahaja dengan alam, tidak perlu peralatan yang canggih dan glamor atau baju-baju beremerek. Budaya orang Baduy menggambarkan bahwa senang itu sederhana.
Bagi anda yang berkunjung kesana, jagalah kerukunan disana dan jangan pernah untuk melangar aturan-aturan etika yang telah mereka buat. Jagalah kebersihan perkampungan disana dengan tidak membuang sampah sembarangan.